Teks -- 1 Petrus 4:1 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 4:1
Full Life: 1Ptr 4:1 - KRISTUS TELAH MENDERITA.
Nas : 1Pet 4:1
Mereka yang bersedia menderita bagi Kristus menemukan bahwa lebih
mudah untuk menolak dosa dan mengikuti kehendak Allah. Mereka tela...
Nas : 1Pet 4:1
Mereka yang bersedia menderita bagi Kristus menemukan bahwa lebih mudah untuk menolak dosa dan mengikuti kehendak Allah. Mereka telah manunggal dengan Kristus dan salib-Nya. Sebagai akibatnya daya tarik dosa menjadi tidak berarti dan kehendak Allah menjadi yang terpenting (ayat 1Pet 4:2). Prinsip rohani ini akan berlaku dalam kehidupan semua orang percaya. Menaati Allah, bahkan jika itu berarti penderitaan, ejekan, atau penolakan akan memperkuat kita secara moral dan rohani, dan kita juga akan menerima kasih karunia yang lebih besar dari Allah (ayat 1Pet 4:14).
Jerusalem -> 1Ptr 3:18--4:6
Jerusalem: 1Ptr 3:18--4:6 - -- Dalam bagian ini terdapat berbagai unsur dari syahadat iman: kematian Kristus, 1Pe 3:18; turunnya ke dalam dunia orang mati, 1Pe 3:19; kebangkitanNya,...
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 4:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 4:1-3
Matthew Henry: 1Ptr 4:1-3 - Mematikan Keinginan Dosa
Tugas seorang Kristen bersifat ganda, yaitu melakukan kehendak Allah dan menguasai keinginannya. Pasal ini membimbing kita untuk melakukan kedua t...
- Tugas seorang Kristen bersifat ganda, yaitu melakukan kehendak Allah dan menguasai keinginannya. Pasal ini membimbing kita untuk melakukan kedua tugas itu. Tugas-tugas yang di sini ditekankan agar kita perhatikan adalah mematikan keinginan dosa, hidup bagi Allah, tidak bermabuk-mabukan, berdoa, bermurah hati, bersikap ramah, dan mengembangkan serta memanfaatkan semua karunia yang kita terima sebaik mungkin. Inilah yang ditekankan Rasul Petrus kepada orang-orang Kristen, mengingat begitu banyak waktu yang telah mereka buang ketika mereka masih hidup di dalam dosa, dan mengingat bahwa akhir dari segala sesuatu sudah semakin dekat (ay. 1-11). Petunjuk perihal penderitaan adalah supaya kita jangan heran ketika mengalaminya, tetapi justru bersukacita di dalamnya, dan berhati-hati agar jangan mengalami penderitaan seperti orang-orang yang berbuat jahat. Ia menyiratkan bahwa pencobaan yang akan mereka alami sudah dekat, bahwa jiwa mereka berada di dalam bahaya, sama seperti tubuh jasmani mereka, dan bahwa jalan terbaik untuk memelihara jiwa mereka adalah menyerahkannya kepada Allah dengan berbuat baik.
Mematikan Keinginan Dosa (4:1-3)
- Di sini Rasul Petrus menarik kesimpulan baru setelah merenungkan penderitan-penderitaan Kristus. Sama seperti sebelum ini ia telah menggunakan penderitaan Kristus untuk mengajak orang-orang Kristen agar bersabar dalam penderitaan, demikian pula sekarang ia meminta mereka mematikan keinginan dosa. Amatilah,
- I. Bagaimana nasihat itu diungkapkan. Pernyataan dasar yang dipakainya adalah bahwa, Kristus telah menderita bagi kita dalam keadaan-Nya sebagai manusia atau dalam kodrat-Nya sebagai manusia. Akibat atau kesimpulan dari pernyataan itu adalah, “Persenjatai dan perkuat dirimu dengan pikiran yang demikian, tabah dan tetapkan hatimu.” Kata badani pada ayat 1 menunjukkan kodrat manusiawi Kristus, tetapi penggunaan kata badani yang kedua kali di ayat 1 menunjukkan sifat cemar manusia. Jadi, yang dimaksudkan adalah, “Sama seperti Kristus telah menderita dalam kodrat-Nya sebagai manusia, begitu juga kamu harus menderita demikian, sesuai dengan janji yang kauucapkan dalam baptisan dan pengakuan iman, matikan sifat cemarmu, dengan mematikan tubuh dosa dengan cara menyangkal diri dan memadamkan keinginan dosa. Sebab jika kamu menderita seperti ini, maka kamu telah menyesuaikan diri dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan akan berhenti berbuat dosa.” Ketahuilah,
- 1. Beberapa alasan terkuat dan terbaik yang menentang semua jenis dosa diambil dari penderitaan Kristus. Seluruh rasa simpati dan kasih sayang terhadap Kristus sebagai orang yang menderita akan sia-sia saja apabila dosa tidak ditanggalkan. Ia mati demi menghancurkan dosa, dan meskipun mampu menerima penderitaan paling berat dengan senang hati, Ia tidak akan pernah bisa menerima dosa sekecil apa pun.
- 2. Awal dari mematikan keinginan dosa dengan sungguh terletak di dalam pikiran, tidak dengan menjalani hukuman sebagai tanda penyesalan ataupun menimpakan penderitaan ke atas tubuh. Pikiran manusia bersifat kedagingan dan penuh permusuhan. Pengertiannya menjadi gelap dan terasing dari hidup persekutuan dengan Allah (Ef. 4:18). Manusia tidak memiliki watak bersungguh hati, melainkan berat sebelah, buta mata hatinya, dan jahat, sampai ia diperbarui dan dikuduskan oleh kasih karunia Allah yang menghidupkan lagi.
- II. Bagaimana nasihat itu dijelaskan lebih lanjut (ay. 2). Rasul Petrus menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan mati bagi dosa, dan berhenti berbuat dosa, baik secara menyangkal diri maupun dengan menyesuaikan diri. Dengan menyangkal diri, yaitu waktu orang Kristen yang sisa jangan dipergunakan menurut keinginan manusia, hawa nafsu penuh dosa, dan keinginan cemar manusia duniawi yang jahat, tetapi secara positif, yakni menyesuaikan diri dengan kehendak Allah yang suci dan telah diungkapkan Injil. Ketahuilah,
- 1. Hawa nafsu manusia merupakan sumber dari semua kejahatan mereka (Yak. 1:13-14). Seperti apa pun pencobaan yang sesekali datang, hal ini tidak akan berhasil kalau bukan karena sifat cemar manusia sendiri.
- 2. Semua orang Kristen yang saleh akan menjadikan kehendak Allah, bukan hawa nafsu atau keinginan mereka sendiri, sebagai pedoman dalam hidup dan perilaku mereka.
- 3. Pertobatan sejati mengadakan perubahan luar biasa dalam hati dan kehidupan setiap orang yang mengambil bagian di dalamnya. Pertobatan demikian menjauhkan manusia dari hawa nafsu lamanya yang menyenangkan dan digemarinya, serta dari cara-cara umum dan sifat buruk dunia, dan membawanya kepada kehendak Allah. Pertobatan itu mengubah akal budi, penilaian, perasaan, perilaku, dan perangai setiap orang yang telah mengalaminya.
- III. Bagaimana nasihat itu diperkuat (ay. 3): Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan seterusnya. Di sini Rasul Petrus memberi penjelasan yang berdasarkan pada asas keadilan. “Sama seperti sepanjang hidupmu sebelum ini sampai sekarang kamu telah melayani dosa dan Iblis, maka sungguh adil, sepadan, dan masuk akal jika sekarang giliran kamu melayani Allah yang hidup.” Meskipun kata-kata tadi dituliskan Rasul Petrus kepada orang-orang Yahudi, namun ketika mereka hidup di antara orang-orang yang tidak mengenal Allah, mereka telah mengikuti cara hidup orang-orang itu. Amatilah,
- 1. Ketika seseorang bertobat dengan sungguh, betapa menyedihkan baginya apabila teringat bagaimana ia telah melewatkan hidupnya di masa lalu. Semua bahaya yang telah dilaluinya selama bertahun-tahun, celaka yang telah ditimbulkannya atas orang lain, aib yang telah didatangkannya bagi Allah, dan kerugian yang telah dideritanya, semua ini membuatnya sangat menderita.
- 2. Selama kehendak manusia belum dikuduskan dan cemar, dia akan senantiasa berjalan di jalan yang jahat. Ia menjadikan jalan-jalan jahat itu sebagai pilihan, kesenangan, pekerjaan, dan kegiatannya, dan menjadikan hari-harinya semakin buruk dan buruk.
- 3. Satu dosa yang dibiarkan akan menarik dosa lain. Di sini disebutkan enam jenis dosa yang saling berhubungan dan bergantung.
- (1) Hawa nafsu atau percabulan, yang diungkapkan melalui penampilan, gerak gerik, atau perilaku (Rm. 13:13).
- (2) Keinginan, perilaku cabul seperti misalnya persundalan dan perzinahan.
- (3) Kemabukan, di sini, penggunaan minuman keras dengan berlebihan meskipun belum sampai benar-benar mabuk, namun yang bisa merugikan kesehatan atau kegiatan, dinyatakan sebagai hal yang salah.
- (4) Pesta pora, atau pesta-pesta mewah dan gaduh, yang terlampau sering, berlebihan, atau terlampau mahal.
- (5) Perjamuan minum, yang dimaksudkan di sini adalah kerakusan atau makan berlebihan.
- (6) Penyembahan berhala yang terlarang. Upacara penyembahan berhala orang-orang yang tidak mengenal Allah disertai percabulan, mabuk-mabukan, kerakusan, serta berbagai macam kekejian dan kekejaman. Orang-orang Yahudi yang sudah lama tinggal di antara mereka ini, setidaknya sebagian dari mereka, bermoral bejat dan cemar karena kebiasaan-kebiasaan seperti itu.
- 4. Sudah merupakan tugas orang Kristen untuk tidak saja menjauhi hal yang luar bisa keji, tetapi juga semua hal yang pada umumnya menyebabkan perbuatan dosa atau yang mengandung sesuatu yang jahat. Kemabukan dan pesta pora dilarang, sama halnya dengan hawa nafsu dan penyembahan berhala.
SH: 1Ptr 4:1-6 - Penderitaan memperdalam kerohanian (Jumat, 22 Oktober 2004) Penderitaan memperdalam kerohanian
Ayat 1 mudah disalahfahami, seolah Petrus mengajarkan bahwa
penderitaan melepaskan orang dari dosa, atau bahw...
Penderitaan memperdalam kerohanian
Ayat 1 mudah disalahfahami, seolah Petrus mengajarkan bahwa penderitaan melepaskan orang dari dosa, atau bahwa tubuh adalah letak kedudukan dosa. Jika kita pernah berpandangan demikian, sadarilah bahwa ajaran itu tidak alkitabiah. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh jahat adanya dan bahwa keselamatan harus dengan jalan menyiksa tubuh. Oleh karena itu, orang Kristen tidak perlu memegang anggapan negatif tentang tubuh, materi atau unsur dunia lainnya.
Setelah di bagian sebelumnya ini ia menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan orang beriman, kini ia menjelaskan apa arti penderitaan dalam hidup rohani orang beriman. Jika seseorang telah berani menanggung penderitaan badani karena kebenaran, berarti orang itu sedang membayar harga demi keinginannya untuk hidup kudus. Dengan kata lain, Petrus kini mendorong orang-orang percaya untuk berjuang demi kekudusan sampai ke resiko menanggung penderitaan badani (ayat 2). Ketika seseorang masuk ke dalam anugerah Tuhan, orang itu harus meninggalkan masa lalu hidup berdosanya, apa pun resiko yang harus dipikul (ayat 3,4). Nah, bila kita telah memiliki sikap sedemikian, kekuatan daya tarik dosa sudah teramat lemah atas kita!
Ayat 6 sulit dipahami sebab mirip dengan ayat 3:19,20, tetapi berbeda maksud. Di ayat 5, Petrus sudah menyinggung soal orang hidup dan orang mati, semua akan dihakimi Tuhan. Di ayat 6 ini Petrus menyebut tentang orang-orang yang (karena imannya) dihakimi dan dihukum mati. Seperti halnya Kristus, orang beriman tersebut dapat dimatikan tubuhnya, tetapi tidak rohnya. Maksud Petrus, penilaian terakhir kualitas hidup orang tidak dapat diukur secara badani atau duniawi, tetapi harus dari prinsip kebenaran Tuhan dalam firman-Nya. Selain itu, ia kini menggemakan ajaran Yesus bahwa kita tidak perlu takut orang membunuh tubuh kita, sebab mereka tidak dapat mencelakan roh kita.
Untuk dilakukan: Manusia dapat membunuh tubuh kita, tetapi tak ada kekuatan sebesar apa pun dapat merebut iman kita atau memisahkan kita dari kasih Tuhan.
SH: 1Ptr 4:1-6 - Penderitaan berdasarkan perspektif Ilahi (Sabtu, 26 November 2011) Penderitaan berdasarkan perspektif Ilahi
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia berusaha semaksimal mungkin membebaskan diri dari penderitaan. Se...
Penderitaan berdasarkan perspektif Ilahi
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia berusaha semaksimal mungkin membebaskan diri dari penderitaan. Secara umum, respons manusia terhadap penderitaan terbagi menjadi dua bagian. Pertama, berusaha menghadapi penderitaan dengan mengembangkan berbagai keterampilan seperti berpikir positif dan berbagai cara kreatif untuk mengantisipasi penderitaan. Kedua, mencoba menyangkali atau melarikan diri dari penderitaan yang menghadang.
Lalu, bagaimana seharusnya sikap orang percaya terhadap penderitaan? Sebagai pengikut Kristus, kita harus melakukan kehendak Tuhan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi penderitaan, sebagai konsekuensinya. Melalui penderitaan, kita juga bisa menguji apa yang benar-benar penting bagi hidup kita. Penderitaan membuat kita dapat melihat dengan jelas apa sesungguhnya prinsip hidup yang mendasari gerak dan pikiran kita serta hal-hal apa yang masih perlu dimurnikan di dalam diri kita. Dengan demikian menjadi jelaslah mengapa kita tidak boleh menyerah terhadap penderitaan melainkan harus menghadapinya dengan berani. Bagaimana caranya? Dengan menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk melakukan kehendak Allah, apa pun konsekwensi yang harus kita tanggung. Dasar dari tindakan ini adalah Kristus yang juga telah mengalami penderitaan badani (1).
Orang percaya perlu melihat penderitaan melalui perspektif Ilahi. Penderitaan di mata dunia identik dengan kekalahan dan kegagalan, serta dianggap sebagai sesuatu hal yang memalukan. Namun tidak demikian bagi para pengikut Kristus. Bahkan rasul Paulus dengan ekstrim pernah berkata bahwa bagi dia kematian merupakan sebuah keuntungan.
Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang ingin mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salib. Oleh sebab itu orang percaya tidak perlu takut dan malu menderita oleh karena nama Kristus dan oleh karena pemberitaan Injil. Anugerah Allah terlalu berharga untuk kita sia-siakan hanya karena kita takut pada penderitaan. Mintalah kekuatan Roh Kudus. Minggu,
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Menderita karena melakukan kebenaran (Jumat, 16 Juli 1999) Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku
baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak sel...
Menderita karena melakukan kebenaran
Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.
Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.
Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.
SH: 1Ptr 3:13--4:6 - Pengharapan yang Ada Padamu (Jumat, 17 Agustus 2018) Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitna...
Pengharapan yang Ada Padamu
Berbahagialah jika kita menderita karena kebenaran (14). Jemaat yang disurati Petrus tahu benar bagaimana rasanya difitnah dan menderita karena berbuat baik dan benar. Hidup lurus dan berbuat baik bukanlah jaminan untuk hidup nyaman tanpa kesulitan.
Betapa sulitnya menjalankan nasihat Petrus. Bukan saja kita sering merasa takut, tetapi juga marah karena ketidakadilan dan kejahatan yang menimpa orang benar. Namun Petrus mengingatkan kita kepada penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus, yang sekarang menjadi sumber keselamatan kita (18-22).
Nasihat Petrus di sini sama dengan yang diberikan kepada istri dan budak (1Pet. 2:18, 3:1) yaitu kesalehan dan ketaatan sebagai gaya hidup semua orang Kristen. Ketaatan dan kesalehan yang demikian hanya dapat dilakukan ketika kita mengkhususkan Kristus dalam hati sebagai Tuhan (15). Dengan tetap mempertahankan hidup yang saleh walau ditimpa kesulitan, pengharapan kita kepada Tuhan menjelma menjadi perbuatan konkret yang dijalani setiap hari. Ketika pengharapan iman menjadi napas hidup kita, ada kemungkinan orang lain menjadi ingin tahu dan mempertanyakan hal itu. Karena itu, Petrus menyarankan agar kita menjawabnya dengan lemah lembut dan hormat.
Penderitaan yang dimaksud Petrus adalah penderitaan karena melakukan kebenaran. Kondisi jemaat Petrus yang hidup dalam tekanan dan penjajahan kekaisaran Romawi merupakan kenyataan yang harus mereka jalani setiap hari. Pada saat seperti itu pengharapan kepada Tuhan benar-benar diuji sehingga banyak orang yang datang untuk membersihkan hidupnya dari dosa dan semakin bergantung kepada Tuhan (1Pet. 4:1).
Ketika hidup yang benar dan saleh terus dihina dan difitnah, Petrus mengingatkan kita untuk terus berharap kepada Allah. Sebab Allah yang akan menghakimi dan mempermalukan para pemfitnah itu (1Pet. 3:16; 4:6).
Doa: Tolong kami Tuhan untuk menghidupi pengharapan iman secara konkret dalam keseharian kami, ketika kami dihina dan difitnah. [IM]
Utley -> 1Ptr 4:1-6
Utley: 1Ptr 4:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:1-61 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran ya...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 4:1-6
1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa — , 2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. 3 Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. 4 Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu. 5 Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 6 Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang- orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.
1Pet 4:1 "Jadi" ini menghubungkan pembahasan sebelumnya pada yang berikutnya.
□ "Kristus telah menderita penderitaan badani" Ini berhubungan dengan 1Pet 3:18. Daging mengacu pada kehidupan fisik Yesus. Dia benar-benar salah satu dari kita (yaitu, manusia). Ia mati menggantikan kita (lih. ay. 1Pet 4:18, Yes 53; Mr 10:45; 2Kor 5:21.). I Petrus menekankan penderitaan Kristus (lih. 1Pet 2:21,23; 3:18; 4:1) dan realitas penderitaan pengikut-Nya karena mereka mengikuti Dia (lih. 1Pet 2:19-20; 3:14,17; 4:15,19; 5:10).
Sifat menggantikan dari penderitaan Kristus yang disebutkan dalam 1Pet 3:18; 2:21 ditekankan oleh beberapa naskah Yunani yang menambahkan "menderita untuk kamu" (yaitu, א) atau "bagi kita" (yaitu, אc, A, K, dan P) .
Jenis KATA GANTI yang sama yang merincikan penambahan juga dapat dilihat dalam ay. 1Pet 4:3. Ahli-ahli Taurat gereja mula- mula mencoba untuk menjelaskan naskah-naskah mereka.
□ "kamupun harus juga mempersenjatai dirimu" Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE IMPERATIVE. "Senjata" adalah sebuah istilah militer untuk mengenakan perlengkapan senjata berat dan mempersiapkan diri untuk pertempuran. Ada konflik spiritual dalam kehidupan sehari-hari kita (lih. Ef 6:10-20; Rom 13:12; 1Tes 5:8).
□ "dengan pikiran yang demikian" Sikap Yesus terhadap penderitaan, termasuk penderitaan yang tak bersalah, adalah bahwa penderitaan ini adalah hal yang normatif bagi orang yang saleh di dalam dunia rohani yang jatuh (lih. Yoh 15:20; Rom 8:17; Fili 1:29; 2Tim 3:12; 1Pet 4:12-19).
□ "karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa" Frasa ini bisa ditafsirkan dalam beberapa cara tergantung pada bentuk gramatikalnya. Kristus adalah teladan kita dalam penderitaan secara tak berdosa, bahkan yang untuk menggantikan orang lain (AORIST ACTIVE PARTICIPLE). Orang-orang percaya kini terlibat dalam penderitaan karena identifikasi mereka dengan-Nya. KATA KERJA utamanya dapat berupa MIDDLE (A.T. Robertson, Kata Kiasan dari Perjanjian Baru, hal 121) atau PASSIVE (karya Moulton, Leksikon Analitis Yunani dan karya Barbara dan Tim Friberg Bahasa Yunani Analitis Perjanjian Baru). Jika ini adalah MIDDLE, maka kata ini adalah mendorong orang percaya untuk secara aktif terlibat untuk tidak berdosa sebagai pengikut teladan Kristus. Jika PASSIVE itu menekankan fakta rohani dari pembebasan orang percaya dari kuasa dosa.
Kematian membatalkan hubungan seseorang dengan dosa. Hal ini dapat dihubungkan dengan konsep teologis dari Rom 6. Kematian untuk kehidupan lama membawa potensi pelayanan untuk Allah (lih. Rom 6:2,6,7) atau pembaptisan melambangkan kebaruan hidup seseorang (lih. Rom 6:4; Kol 2:12).
Intinya adalah bahwa sebagai orang percaya yang mengikuti teladan penderitaan Kristus, demikian juga, teladan kemenangan-Nya atas dosa. Kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus! Kita harus hidup seperti itu. keserupaan dengan Kristus adalah kehendak Allah (lih. Rom 8:28-29; 2Kor 3:18; 7:1, Gal 4:19; Ef 1:4; 4:13; 1Tes 3:13; 4:3,7; 5:23, 1Pet 1:15). Hal ini mencerminkan fakta bahwa gambar Allah yang hilang dalam Kejatuhan (lih. Kej 3) sepenuhnya dipulihkan dalam Kristus. Orang Kristen memiliki suatu pilihan lagi tentang bagaimana mereka akan hidup. Mereka bukan lagi budak dosa! Berjalanlah di dalam Dia!
1Pet 4:2 "supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia" Ini mencerminkan kebenaran teologis yang sama seperti Rom 6. Orang-orang percaya telah mati bagi dosa dan kini hidup untuk melayani Allah (lih. Rom 6:20). Keselamatan adalah hidup yang baru, ciptaan yang baru. Keselamatan memiliki karakteristik yang dapat diamati.
□ "tetapi menurut kehendak Allah" Lihat Topik Khusus: Kehendak Allah di 1Pet 2:15.
1Pet 4:3 Ayat ini adalah kutukan dari kehidupan para pembaca sebelumnya dalam kekafiran. Ini adalah salah satu ayat yang menyebabkan para komentator untuk menegaskan bahwa gereja-gereja yang sedang dituju oleh tulisan-tulisan Petrus adalah kebanyakan jemaat bukan Yahudi. Masyarakat kafir sangatlah tidak bermoral, bahkan dalam praktek ibadah mereka.
KeKristenan harus membuat perubahan yang dramatis dan terlihat berbeda dalam kebiasaan gaya hidupnya. Perubahan ini seringkali merupakan awal dari penganiayaan oleh orang kafir lainnya. Dosa suka teman-teman.
Setelah pembukaan "sebab," beberapa naskah Yunani menambahkan "kamu" dan orang lain "kita." Kedua hal ini adalah penambahan dari juru tulis yang berusaha untuk mengklarifikasi susunan kalimat dari si penulis.
□ "Kamu telah hidup dalam" Ini adalah seuah PERFECT MIDDLE PARTICIPLE. Orang-orang tidak percaya telah secara sengaja dan secara permanen menetapkan arah mereka pada diri sendiri dan dosa.
- NASB "hawa nafsu"
- NKJV, NRSV "tak bermoral"
- TEV "ketidak-senonohan"
- NJB "berperilaku tdk bermoral"
Istilah ini menyiratkan suatu kekurangan secara total akan pengendalian diri, pelanggaran sengaja atas norma-norma sosial, terutama di bidang seksual (lih. Mr 7:22, Rom 13:13; 2Kor 12:21; Gal 5:19; Ef 4:19; 1Pet 4:3; Pet II 1Pet 2:7,18; Yud 1:6).
□ "keingingan (nafsu)" Istilah ini berarti keinginan yang kuat akan sesuatu atau seseorang. Hasrat yang intens bisa bersifat positif (lih. Luk 22:15; 1Tim 2:1; 1Pet 1:12), tetapi biasanya negatif (lih. 1Pet 1:14; 2:11; 4:2,3; 2Pet 1:4; 2:10,18; 3:3, Mr 4:19).
□ "kemabukan" Ini adalah istilah majemuk, yang ditemukan hanya di sini dalam PB dari kata "anggur" (oinos) dan "bergelembung" (phluō). Dunia kuno minum anggur secara teratur, seperti yang dilakukan Yesus (lih. Mat 11:18-19) dan gereja mula-mula. Minum yang berlebihanlah yang dikutuk (lih. Ams 23:29-35; Rom 13:13; Gal 5:21).
- NASB "pesta pora"
- NKJV "bersenang-senag dengan gaduh"
- NRSV "bersenang-senang"
- TEV "pesta pora liar"
Istilah kōmos ini terkait dengan istilah Yunani untuk desa, kōmē. Ini menyiratkan pesta besar yang meriah di seluruh masyarakat luas yang melibatkan makan, minum yang berkelebihan, dan aktivitas seksual yang tidak terkendali (lih. Rom 13:13; Gal 5:21).
□ "perjamuan minum" Istilah ini berkaitan dengan istilah sebelumnya. Terjemahan NJB menggabungkan keduanya ke dalam "mengadakan pesta-pesta liar dan pesta pora mabuk-mabukan."
- NASB, NKJV "penyembahan berhala yang memuakkan"
- NRSV "penyembahan berhala yang terlarang"
- TEV "penyembahan berhala menjijikkan "
- NJB "menyembah dewa-dewa palsu yang asusila"
Daftar dosa-dosa ini berkaitan dengan praktek ibadah kafir yang sering melibatkan kelebihan minum, makan, dan amoralitas seksual dari jenis yang paling mendasar. Hal ini mirip dengan penyembahan kesuburan Kanaan yang sangat terkutuk dalam PL.
1Pet 4:4 Ayat ini berkaitan dengan 1Pet 2:12,15; 3:16. Orang Kristen disalahpahami dan diserang karena (1) hidup dan prioritas mereka berubah begitu jelas dan radikal sampai keluarga, teman, dan tetangga mereka bisa melihatnya dan (2) beberapa istilah dan praktek Kristen disalahartikan (yaitu, Perjamuan Kasih sebagai inses, Perjamuan Tuhan sebagai kanibalisme, dll).
1Pet 4:5 "mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi" Penghakiman adalah pasti (lih. Mat 12:36; Ibr 9:27; 10:27, 2Pet 2:4,9; 3:7 ). Yang menghakimi adalah
- 1. Allah (lih. Rom 2:2-3; 14:10,12, 1Pet 1:17; 2:23; Wahy 20:11-15)
- 2. Kristus (lih. Yoh 9:39; Mat 16:27; 25:31-46, Kis 10:42; 17:31; 2Kor 5:10; 2Tim 4:1)
- 3. Bapa melalui Anak (lih. Yoh 5:22-27, Kis 17:31; Rom 2:16.)
Penghakiman adalah topik yang tidak menyenangkan, tetapi merupakan tema berulang dalam Alkitab. Hal ini didasarkan pada beberapa batuan dasar kebenaran Alkitab.
- 1. Ini adalah semesta moral yang diciptakan oleh Tuhan yang etis (kita menuai apa yang kita tabur, lih. Gal 6:7).
- 2. Umat manusia telah jatuh, kita telah memberontak.
- 3. Ini bukan dunia seperti yang dimaksudkan oleh Tuhan.
- 4. Semua kreasi yang sadar (malaikat dan manusia) akan memberikan pertanggungjawaban kepada Pencipta mereka atas anugerah kehidupan. Kita adalah pemelihara-pemelihara.
- 5. Kekekalan akan secara permanen ditentukan oleh tindakan dan pilihan kita ambil dalam hidup ini.
□ "yang hidup dan yang mati" Ini berarti semua manusia, baik mereka yang hidup dan orang-orang yang telah mati (lih. Fili 2:10; Wahy 2:13).
1Pet 4:6 " Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati" Ada beberapa teori mengenai kalimat ini:
- 1. berkaitan dengan 1Pet 3:18-20 (yaitu, "roh-roh dalam penjara")
- 2. menunjuk pada semua manusia karena semua manusia, orang percaya dan orang tidak percaya, mati secara fisik karena dosa (paralel dengan ay. 1Pet 4:5)
- 3. menunjuk pada mereka yang menanggapi Injil tetapi telah meninggal (keduanya AORIST PASSIVES)
- 4. ini menunjuk pada mati secara rohani (yaitu, yang terhilang) menurut Agustinus, Bede, Erasmus, dan Luther (lih. Luk 15:24,32; Ef 2:1,5; 5:14; Kol 2:13)
Teori terakhir berspekulasi bahwa beberapa orang (yaitu, mereka yang tidak pernah mendengar Injil) akan menerima kesempatan untuk menerima Kristus setelah kematian. Teori ini menarik bagi akal manusia, tapi benar-benar asing bagi seluruh Kitab Suci (yakni, Ibr 9:27). Ini meniadakan urgensi dan perlunya penginjilan dan misi sekarang! Saya pikir pilihan nomor 1 atau 3 lah yang paling sesuai dengan konteksnya.
□ "supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup" Susunan kalmat ini sangat mirip dengan gambaran dari Yesus dalam 1Pet 3:18. Ini menegaskan realitas kehidupan setelah kematian. Alkitab bersifat eksplisit tentang suatu kebangkitan baik dari orang yang selamat dan yang terhilang (lih. Dan 12:2; Mat 25:46; Yoh 5:28-29, Kis 24:15).
Topik Teologia -> 1Ptr 4:1
Topik Teologia: 1Ptr 4:1 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kehendak Allah
Kehendak Allah di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Dosa
- Dosa-dosa Kedagingan
- Definisi Dosa-dosa Kedagingan
- Imoralitas Seksual
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Nafsu Menghalangi Pengudusan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Menaati Allah
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Moral dalam Gereja
- Orang Percaya Didesak supaya Membuang dan Menjauhi Masalah Moral
TFTWMS -> 1Ptr 4:1-3
TFTWMS: 1Ptr 4:1-3 - Mempersenjatai Diri Untuk Melawan Keinginan Daging MEMPERSENJATAI DIRI UNTUK MELAWAN KEINGINAN DAGING (1 Petrus 4:1-3)
1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mem...
MEMPERSENJATAI DIRI UNTUK MELAWAN KEINGINAN DAGING (1 Petrus 4:1-3)
1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian—karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa—2supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah. 3 Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. 4 Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu.
Dalam 3:13-18, rasul Petrus telah menyinggung penderitaan para pembacanya. Ia mendesak mereka untuk melihat kesulitan mereka dengan latar belakang penderitaan Kristus. Penderitaan Tuhan mengingatkan dia kepada pernyataan yang Yesus buat kepada orang-orang pada zaman Nuh, kaum yang telah menghadapi penghakiman Allah sebagaimana orang-orang sezaman Petrus sedang menghadapi penghakiman. Setelah pernyataan tambahan 3:19-22, rasul itu kembali kepada penderitaan Kristus. Petrus ingin para pembacanya tahu bahwa penderitaan Tuhan memiliki sesuatu untuk mengajar mereka tentang pergolakan yang mereka temukan dalam kehidupan mereka sendiri.
Ayat 1. Dalam 3:18, Petrus mengatakan bahwa Yesus "telah mati untuk segala dosa." Sekarang ia berkata, Kristus telah menderita penderitaan badani. Mungkin yang Petrus acukan dengan istilah "menderita" adalah seluruh pencobaan dari inkarnasi Kristus. Penderitaannya bisa mencakup pertumbuhan-Nya menuju dewasa, penolakan diri-Nya di tangan umat-Nya sendiri, dan jam-jam panjang-Nya dengan orang banyak, mengajar mereka dan menyembuhkan orang sakit. Di hadapan penderitaan Kristen, selama ini Petrus mungkin menyeru kepada penderitaan Kristus, kepada teladan yang Ia perlihatkan bagi mereka dari kelahiran-Nya sampai kematian-Nya. Dalam segala hal mereka harus "mengikuti jejak-Nya" (2:21). Ketika mereka menderita mereka harus melihat kepada Tuhan dan menimba keberanian dari teladan-Nya. Itu adalah salah satu cara yang mungkin untuk memahami kata-kata Petrus, tapi ada cara lain.
Kemungkinan lain adalah bahwa Petrus sedang menarik perhatian para pembacanya secara khusus kepada kematian Kristus untuk penebusan di kayu salib. Dalam kasus itu acuan kepada penderitaan Kristus secara "badani" adalah cara lain untuk mengatakan bahwa Ia "telah mati untuk segala dosa" (3:18). Jika itu maksud Petrus, maka masalahnya bukan tentang teladan yang Kristus perlihatkan bagi mereka selama pelayanan-Nya. Sebaliknya, rasul itu ingin para pembacanya melihat dalam karya penebusan Kristus inspirasi yang mereka butuhkan untuk memalingkan muka mereka dari kehidupan dosa mereka sebelumnya. Mungkin tidak perlu membuat perbedaan yang sangat jelas antara penderitaan Yesus yang ditanggung selama perjalanan kehidupan insani-Nya dan siksaan salib. Jika kita harus membuat pilihan, ada kemungkinan bahwa yang ada di dalam pikiran Petrus adalah penderitaan Kristus untuk penebusan manusia. Di atas kayu salib penderitaan Kristus mencapai puncaknya, menjadi contoh, dan membawa hasil. Penebusan pengganti dosa orang lain oleh Kristus adalah inti pemikiran rasul itu (2:24; 3:18).
Kata yang diterjemahkan mempersenjatai dirimu berbentuk middle voice Yunani dari kata kerja oJpli÷zw (hoplizō). Secara harfiah kata itu berarti "mempersiapkan diri" atau "bersiap-siap," tapi kata itu memiliki konotasi militer. Dalam konteks militer kata itu menagndung arti "mempersiapkan diri untuk bertempur." Meski bentuk kata kerja dari kata itu hanya ditemukan di sini dalam Perjanjian Baru, namun bentuk kata benda o¢plon (hoplon) digunakan oleh Paulus untuk mengacukan persenjataan perang rohani (Roma 13:12; 2 Korintus 6:7; 10:4).
Bagi Petrus kehidupan Kristen adalah lebih daripada pertempuran yang sopan melawan kejahatan. Itu melibatkan perang habis-habisan. Meski Paulus menggunakan kata yang berbeda dalam Efesus 6:11, namun pengertiannya sama: "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis" (lihat 1 Tesalonika 5:8). Petrus mengatakan bahwa orang Kristen harus mempersenjatai pikirannya (e¶nnoia, ennoia), pemahamannya, dengan sumber daya rohani yang Kristus telah disediakan. Kata yang diterjemahkan tujuan yang sama dalam NASB diterjemahkan "sikap yang sama" dalam NIV dan "niat yang sama" dalam NRSV. Orang-orang percaya harus mempersenjatai diri mereka dengan karakter pikiran yang sama terhadap penderitaan mereka yang mereka lihat dalam teladan yang Kristus perlihatkan di depan mereka. Persenjataan yang Yesus tawarkan akan membantu mereka melalui cobaan penderitaan yang mereka hadapi.
Untuk menjelaskan mengapa orang Kristen harus mempersenjatai dirinya dengan pikiran yang sama yang Kristus contohkan, Petrus mengetengahkan ungkapan yang telah memicu diskusi tanpa akhir: karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa. Penjabaran Alkitab NASB adalah literal, tapi itu menimbulkan pertanyaan yang sulit. Apakah Petrus menyiratkan bahwa untuk menjadi orang Kristen berarti orang akan secara otomatis menderita? Apakah ia menyarankan bahwa orang Kristen, berdasarkan sifat kasusnya, tidak lagi berdosa? Apakah rasul itu mengatakan bahwa penderitaan "badani" adalah penghalang untuk berbuat dosa? Kebanyakan orang Kristen tidak akan begitu berani untuk mengklaim bahwa mereka telah "berhenti berbuat dosa." Kesempurnaan adalah untuk kehidupan yang akan datang, tidak untuk kehidupan sekarang. Yohanes menulis, "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (1 Yohanes 1:8). Pertimbangan ini mementahkan kemungkinan bahwa maksud rasul itu adalah bahwa semua orang Kristen, atau bahkan hanya mereka yang "menderita badani," tidak akan pernah lagi berbuat dosa setelah mereka sudah memiliki Kristus. Alkitab NIV biasanya siap mengorbankan penafsiran harfiah demi kejelasan. Terjemahan itu mencoba untuk menangkap pengertian nas itu dengan menerjemahkan, "karena orang yang telah menderita badani sudah selesai dengan dosa." Alkitab NRSV menerjemahkannya, "karena siapa saja yang telah menderita secara badani, telah selesai dengan dosa."
Wayne A. Grudem mengembangkan kalimat "berhenti berbuat dosa" dengan terjemahan berikut ini: "Siapa saja yang menderita karena berbuat benar, dan masih tetap mentaati Allah meski itu melibatkan penderitaan, telah membuat pemutusan hubungan yang jelas dengan dosa."1Bertobat merupakan usaha yang lebih daripada satu kali. Itu berarti membuat pemutusan hubungan secara total dengan dosa. Pemikiran itu mirip dengan yang ada di Roma 6:3-7. Ketika orang menderita sebagai orang Kristen, dosa tidak lagi punya daya tarik seperti sebelumnya. Penderitaan memiliki efek pembersihan (1:7) sehingga hal itu tidak sesuai dengan iman yang biasa-biasa saja. Meski orang Kristen tidak berhenti berbuat dosa dalam pengertian mutlak, namun ketika mereka membayar harga iman maka daya tarik dosa mengendurkan cengkeramannya. Mereka yang menderita demi nama Kristus tidak pernah lagi dapat berpartisipasi dengan gampangnya dalam melanggar kehendak Allah. Penderitaan Kristus, baptisan orang Kristen, dan hidup yang dikuduskan semuanya berada dalam pikiran Petrus.
Ayat 2. Hidup untuk Kristus adalah komitmen seumur hidup. Ketika jiwa yang tidak tahu apa-apa tentang Allah, yang hidupnya secara acak mengikuti keinginan daging, mendengar injil dan mematuhinya, ia memeluk cara hidup yang baru. Kehidupan Kristen terbagi ke dalam dua periode yang berbeda: (1) kehidupannya sebelum permandian kelahiran kembali dan (2) hidupnya setelah dilahirkan kembali (lihat Efesus 4:22-24; Titus 3:3-5). Setelah memberikan hidupnya kepada Kristus, orang percaya "berhenti berbuat dosa." Ia telah mengabdikan dirinya untuk waktu yang sisa … [untuk] kehendak Allah. Masa lalu tidak bisa diubah. Oleh karena itu tidak perlu memikirkan hal itu berlebihan. Namun begitu, orang Kristen melihat dengan malu cara hidupnya yang lama meski itu sudah berlalu. Terlepas waktunya yang tersisa di bumi ini harus diukur dalam menit atau dekade, dalam kasus mana saja, ia sudah cukup pergunakan [waktu itu untuk] menurut keinginan manusia. Dosa merusak dan menghancurkan kehidupan.
Petrus prihatin ketika sesamanya orang percaya harus menderita karena iman mereka, tapi setidaknya ia tidak khawatir bahwa mereka hidup menurut keinginan manusia. Penderitaan mungkin saja datang karena itu merupakan akibat adil dari perilaku seseorang. Itu seharusnya jangan pernah terjadi bagi mereka yang mengenal Yesus dari Nazaret. Rasul itu mendesak orang Kristen untuk menjalani kehidupan berteladan di hadapan sesama mereka yang menyembah berhala. Jika penderitaan harus datang, biarlah itu terjadi selagi orang Kristen mengabdikan diri mereka kepada kelembutan dan kebaikan. Masalah itu sudah pernah muncul sebelumnya dalam surat ini. Pemerintah dan pengadilan mungkin saja tidak adil, namun Petrus memerintahkan orang-orang untuk, "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (2:17). Budak harus tunduk terhadap penganiayaan, tetapi Petrus menulis, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah?" (2:20). Orang-orang kafir secara semena-mena menuduh umat Kristen atas segala pelanggaran yang bisa dibayangkan, namun tetap saja rasul itu menalar, "Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat" (3:17). Belakangan Petrus akan mengatakan, "Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau" (4:15).
Alkitab NIV menerjemahkan kata Yunani sa/rx (sarx) sebagai "keinginan jahat manusia." Di tempat lain kata itu diterjemahkan "sifat dosa." Sangat disayangkan bahwa para penerjemah menilai para pembaca bahasa Inggris dengan begitu sedikit kemampuan untuk memahami metafora itu. Secara jelas, Paulus dan Petrus menggunakan kata sarx dengan arti keinginan daging, yang terkait dengan dosa. Jika kita membolehkan metafora itu berdiri, orang berharap bahwa pembaca bahasa Inggris akan menemukan dirinya mampu memahami "daging" dengan arti sebagaimana arti kata itu bagi para pembaca Yunani. Hampir tidak perlu pendidikan teologi yang lengkap untuk membaca "daging" sebagai keinginan yang berorientasi sensual. Petrus ingin para pembacanya meninggalkan cara hidup lama mereka, hidup yang berorientasi pada keinginan daging, dan memfokuskan sisa hidup mereka dengan melakukan kehendak Allah.
Ayat 3. Mereka yang menyembah Allah Israel, apakah Yahudi atau Kristen, tidak punya rasa hormat yang besar terhadap moralitas Yunani-Romawi. Mereka punya alasan yang baik. Rupanya sebagian besar dari para pembaca Petrus yang datang kepada Kristus berlatar belakang non-Yahudi. Sebelum menjadi Kristen, mereka telah menjadi peserta penuh cara hidup Yunani-Romawi. Mereka telah menganut kebiasaan seksualnya dan perayaan-perayaan umumnya. Ketika mereka menjadi Kristen, dunia lama mereka terus saja menentang mereka. Teman-teman dan keluarga mengharapkan mereka untuk hidup seperti yang dulu mereka selalu jalani. Mungkin beberapa dari mereka telah lambat dalam meninggalkan cara lama hidup mereka. Kata-kata Petrus bernada sarkasme ketika ia mengatakan telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Memang sudah cukup! Orang tua mungkin membentak anaknya, "Kamu sudah cukup lama melakukan itu," yang artinya lebih dari cukup lama. Dalam pengertian itulah kita seharusnya memahami kata-kata Petrus. Ketika ia mengatakan "telah cukup banyak waktu kamu pergunakan," maksudnya adalah bahwa itu lebih dari cukup. Tidak ada alasan bagi orang Kristen mana saja untuk melanjutkan "kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah."
Bagi orang Yahudi, orang "kafir" adalah siapa saja tapi bukan orang Yahudi. Ketika Yesus menugaskan murid-murid pada "amanat terbatas," Ia memberitahu mereka, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain" (Matius 10:5). Jelas terlihat bahwa maksud-Nya adalah Ia melarang mereka mengajar orang non-Yahudi. Namun begitu, gereja memahami dirinya sebagai Israel sejati. Karena Israel sekarang adalah gereja, maka di kalangan Kristen "bangsa-bangsa non-Yahudi" akhirnya berarti non-Kristen. Jadi, ketika Paulus mengatakan kepada jemaat Tesalonika bahwa mereka tidak mengikuti "keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah" (1 Tesalonika 4:5), itu mungkin bahwa para pembaca Petrus yang Yunani Kristen akan sudah memahami sesamanya orang Yunani yang belum mengenakan Kristus sebagai bangsa-bangsa lain yang diacukan Paulus. Mereka masih etnis Yunani setelah mereka mengenakan Kristus dalam baptisan, tapi mereka bukan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa lain adalah orang non-Kristen. Petrus menggunakan istilah "bangsa-bangsa lain" seperti yang Paulus gunakan dalam 1 Tesalonika 4:5. Semua ini memiliki implikasi terhadap cara kita menerjemahkan kata itu. Dalam bahasa Inggris kata untuk non-Kristen adalah "penyembah berhala," bukan "Bangsa-bangsa lain." Jadi dengan alasan yang baik Alkitab NIV menerjemahkan "penyembah berhala" dalam 1 Petrus 4:3.
Rasul itu telah mengetengahkan daftar sifat-sifat yang harus ditinggalkan oleh orang percaya dalam 1 Petrus 2:1. Dalam 4:3, ia mengetengahkan daftar yang sangat berbeda. Dalam nas sebelumnya yang menjadi persoalan adalah dosa dalam komunitas Kristen. Dalam 4:3, yang dibahas adalah gaya hidup kaum penyembah berhala. Daftar dosa yang Petrus kemukakan sebagai ciri kehidupan kaum penyembah berhala adalah mirip dengan daftar-daftar seperti itu lainnya. Dalam 4:3, Roma 13:13, dan Galatia 5:19-21, pelbagai praktik orgi (kemabukan dan pesta pora seksual) mendominasi. Pemeriksaan singkat atas masing-masing kata itu akan sangat membantu.
Hawa nafsu (aÓse÷lgeia, aselgeia) berarti meninggalkan kendali diri. Itu menunjuk kepada perilaku yang tidak menunjukkan kepedulian terhadap apa yang Allah atau manusia jabarkan sebagai perilaku yang baik atau dapat diterima. Ketika orang menyerahkan dirinya kepada keinginan hawa nafsu binatangnya tanpa memperhatikan akibatnya, ia bersalah atas dosa ini. Keinginan (ejpiqumi/a,, epithumia) itu sendiri adalah kata yang netral. Itu bisa mengacu kepada keinginan yang baik atau buruk. Hanya konteksnya yang membenarkan terjemahan "keinginan" dalam 1 Petrus 4:3. Beberapa keinginan adalah baik. Alkitab NASB menerjemahkan kata Yunani yang sama dengan "keinginan" dalam Filipi 1:23: "aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus." Petrus menggunakan kata itu dengan arti keinginan terlarang, teru-tama yang berkenaan dengan sifat seksual. Kemabukan (oi˙noflugi÷a, oinophlugia) butuh sedikit komentar. Ini satu-satunya kesempatan kata Yunani khusus ini diguna-kan untuk konsumsi alkohol yang berlebihan dalam Perjanjian Baru. Dalam dunia kuno dan moderen, percabulan, hidup boros, dan konsumsi alkohol semuanya berhubungan.
Pesta pora (kw◊moß, kōmos) menunjukkan jenis keramaian yang terkait dengan perayaan-perayaan yang didedikasikan untuk dewa-dewa Yunani. Penyembahan Dionysus secara khusus menampilkan kaitan seperti itu. Orang Kristen diingatkan bahwa ia perlu memilih teman dengan baik ketika pesta itu tiba. Perjamuan minum (po/toß,potos) adalah kata yang terkait erat dengan kata sebelumnya, tetapi tanpa konotasi keagamaannya. Kata itu hanya digunakan di sini dalam Perjanjian Baru, tetapi dalam dunia sekuler kata itu mengacu kepada pelbagi perjamuan di mana anggur berlimpah-limpah. Hubungan yang erat antara penggunaan alkohol dan percabulan sekali lagi perlu diperhatikan. Bukan suatu kebetulan bahwa Petrus menutup daftar yang berisi pelbagai kejahatan yang orang percaya harus hindari dengan penyembahan berhala yang terlarang. Penyembahan berhala terjalin dengan halusnya ke dalam kehidupan di sekeliling para pembaca Petrus. Mereka dulu berasal dari penyembahan berhala. Penyembahan dewa-dewa Yunani-Romawi, yang tidak mencegah perilaku tidak bermoral, adalah sumber dari banyak kemesuman.Penyembahan berhala adalah memalukan; itu "terlarang" karena menghina satu-satunya Allah sang pencipta. Selain itu, perbuatan itu mengizinkan dan mendorong perilaku yang tidak manusiawi. Segala sesuatu dari penelantaran anak, sampai kontes gladiator, hingga pesta pora seksual yang mendapatkan tempat di dunia Yunani, tidak punya sensor dari para dewa itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kec...
KETIKA ANDA MENGHADAPI NYALA API SIKSAAN (1 Petrus 4:1-19)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Kita semua kadang-kadang mengalami masa krisis. Kita mengalami kecelakaan, kita mengikuti ujian akhir, kita sakit, atau orang yang kita cintai meninggal. Kita kehilangan pekerjaan, atau mungkin seorang teman atau pasangan kita ternyata tidak setia. Apakah yang kemudian kita lakukan?
Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang menghadapi krisis yang bahkan lebih sulit daripada semua itu. Mereka sedang dianiaya oleh karena iman mereka. Petrus menulis: "Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" (4:12). Perhatikanlah bentuk present tense: "… datang kepadamu." Gagasannya adalah bahwa pengadilan sedang terjadi atas mereka pada waktu itu, pada waktu Petrus sedang menulis.
Dua ayat lain dalam pasal empat itu juga menunjukkan bahwa saat krisis sudah terjadi di sana dan krisis yang lebih besar sudah di ambang pintu. Ayat 17 mengatakan, "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?" Perhatikan lagi bentuk present tense: "… sekarang telah tiba saatnya." Gereja sedang "dihakimi" atau "dicobai"! Kata Yunani untuk saatnya dalam ayat 17 adalah kairos. Kata itu tidak hanya berarti waktu kronologis; kata itu berarti "waktu yang tepat." Jadi dalam ayat ini Petrus mengatakan bahwa "waktu yang tepat" untuk penghakiman telah tiba.
Ayat 7 mengatakan, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat." Ada kemungkinan bahwa di sini Petrus sedang bicara tentang hari kiamat, kedatangan Kristus, dan Hari Penghakiman. Jika benar, pada dasarnya ia sedang mengatakan,, "Segala sesuatu yang harus terjadi sebelum Kristus datang kembali sudah terjadi. Oleh karena itu, Ia bisa datang kapan saja." Apakah benar atau tidak bahwa ini adalah cara orang-orang Kristen awal memahami ungkapan ini, kita hari ini harus percaya bahwa bahkan sekarang—dua ribu tahun kemudian—hari kiamat sudah "dekat" dan akan terus "dekat" bahkan jika Kristus harus menunda kedatangan-Nya dua ribu tahun lagi.
Namun begitu, kemungkinan besar Petrus sedang mengacu kepada waktu "nyala api siksaan" dan kepada waktu "penghakiman" ketika ia bicara tentang "akhir dari segalanya." J. W. Roberts berkata, "Konsep Ibrani tentang 'penghakiman' menganggap semua petaka dan bencana sebagai 'hari Tuhan,' 'akhir,' 'hari terakhir,' 'penghakiman.'"1Tampaknya ada kemungkinan bahwa Petrus menggunakan konsep Yahudi ini untuk menekankan kembali pelajaran bahwa nyala api siksaan telah dimulai, pencobaan atau penghakiman orang Kristen sedang berlanjut, dan penganiayaan ini ditakdirkan semakin memburuk; oleh sebab itu, katanya, "Akhir dari segala sesuatu"— peningkatan kesulitan dan kesengsaraan dan penganiayaan dan penderitaan— "sudah dekat."
Tiga kali dalam satu pasal para pembacanya diperingatkan tentang kesulitan sekarang ini dan yang akan datang: dalam ayat 12, ketika ia bicara tentang "nyala api siksaan"; dalam ayat 17, ketika ia mengatakan bahwa "telah tiba saatnya penghakiman dimulai" terhadap gereja; dan dalam ayat 7, ketika ia mengatakan bahwa hari kiamat "sudah dekat."
Kepada waktu apakah Petrus mengacu? Umat Kristen selama bertahun-tahun tidak mengalami penganiayaan dari pemerintah Romawi. Ketika mereka dianiaya, itu umumnya dilakukan oleh orang Yahudi. Situasi berubah ketika Nero menjadi kaisar. Nero dituduh membakar kota Roma. Seorang sejarawan Romawi bernama Tacitus mencatat apa yang terjadi setelah itu:
Nero, untuk mencampakkan laporan ini, mengarahkan kesalahan dan menjatuhkan siksaan yang sangat berat kepada satu kelompok yang dibenci oleh rakyat karena kekejian mereka, yang disebut orang Kristen. Christus, dari siapa nama itu berasal, menanggung hukuman yang sangat berat pada masa pemerintahan Tiberius di tangan salah satu dari empat wali negeri itu, Pontius Pilatus, dan suatu takhayul yang sangat jahat, yang diberhentikan untuk sesaat, sekali lagi pecah tidak hanya di Yudea, sumber awal kejahatan itu, tetapi bahkan di Roma, di mana segala sesuatu yang mengerikan dan memalukan dari setiap bagian dunia menancapkan kukunya dan menjadi populer. Oleh sebab itu, penangkapan pertama kali dilaku-kan terhadap semua orang yang mengaku bersalah; lalu, berdasarkan keterangan mereka, kumpulan orang yang sangat banyak itu dinyatakan bersalah, bukan oleh karena kejahatan membakar kota, tapi karena kebencian terhadap umat manusia. Segala macam ejekan ditambahkan kepada kematian mereka. Dibalut dengan kulit binatang, mereka lalu dicabik-cabik oleh anjing dan binasa, atau dipakukan pada kayu salib, atau dihukum dengan nyala api dan dibakar, diguna-kan sebagai obor penerangan malam hari, ketika siang hari berganti petang. Nero menawarkan kebunnya sebagai tempat tontonan, dan menggelar pertunjukan di sirkus, sambil ia berbaur dengan orang-orang itu dengan mengenakan pakaian pengendara kereta tempur atau berdiri di atas sebuah kereta. Oleh karena itu, bahkan bagi para penjahat yang pantas menerima hukuman yang sangat berat dan hukuman sebagai contoh, di sana timbul perasaan belas kasihan; sebab hukuman itu bukan, seperti yang terlihat, untuk kepentingan publik, tetapi untuk memuaskan kekejaman seseorang, bahwa mereka sedang dibinasakan. (ANNALS 15:44)2
Asia Kecil, tempat orang-orang Kristen yang Petrus surati hidup, adalah jauh dari Roma. Namun begitu, penganiayaan yang diprakarsai oleh kaisar mungkin, sampai tingkatan tertentu, akan sudah diikuti oleh para pejabat Romawi di beberapa bagian lain dari kerajaan itu. Penganiayaan di Asia Kecil mungkin belum separah yang di Roma, tapi pasti cukup berat sehingga menyebabkan Petrus menulis sebuah surat kepada orang-orang Kristen itu untuk membantu mereka mengatasi penderitaan yang mereka hadapi pada zaman penganiayaan oleh Nero.
Bantuan apakah yang Petrus tawarkan kepada mereka pada hari-hari pencobaan itu? Bagaimanakah mereka sanggup menghadapi nyala api siksaan mereka? Meski kita tidak menderita karena iman kita, sebagaimana mereka; kita mungkin bisa belajar sesuatu dari nasihat Petrus yang akan membantu kita menghadapi krisis kita sendiri. Dengan kata lain, biarkan Petrus memberitahu Anda bagaimana bertindak ketika Anda menghadapi nyala api siksaan Anda.
SELALU MEMIKIRKAN YESUS (1 Petrus 4:1-6)
Nasihat pertama Petrus dalam 4:1-6 adalah "harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian" karena Kristus "menderita penderitaan badani" (ay. 1). Memikirkan Kristus dan penderitaan-Nya akan "mempersenjatai" kita, atau mempersiapkan kita, untuk penderitaan setidaknya dalam tiga cara:
Itu akan mengingatkan kita bahwa Kristus menderita. Jika satu-satunya Pribadi yang tak pernah berdosa, Anak Allah itu sendiri, harus menderita, mengapakah kita harus terkejut bahwa kita harus menderita?
Itu akan membantu kita untuk bereaksi dengan benar ketika kita menderita. Ketika kita memikirkan penderitaan Kristus, kita ingat bahwa Ia menolak untuk berbuat dosa ketika Ia dihukum mati secara tidak adil. Mengingat hal itu akan membantu kita menerima penderitaan tanpa membalas dendam atau menggerutu terhadap para penyiksa kita.
Itu akan membantu kita hidup dengan benar meski menderita. Petrus berkata, "Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian—karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa—supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah" (ay. 1, 2). Petrus tampaknya sedang mengatakan bahwa jika kita menderita dan masih tetap setia, sikap itu menguatkan kita, dan setelah itu pelbagai godaan lain untuk berbuat dosa dapat kita atasi dengan lebih baik. (Lihat Yakobus 1:2-4.)
Petrus kemudian menguraikan pemikiran ini dengan menyatakan bahwa kita harus jangan berbuat dosa seperti yang dulu kita lakukan, atau seperti yang orang non-Kristen lakukan. Ia mengatakan bahwa orang non-Kristen (non-Yahudi) menikmati perbuatan dosa mereka. Mereka menyukai "rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang" (ay. 3). Mereka menyukai pesta-pesta liar, kemabukan, dansa-dansi, penyimpangan seks, eksibisionisme—semua berkaitan dengan penyembahan berhala mereka. Mereka suka berbuat dosa, dan mereka heran ketika teman-teman mereka menolak untuk terus berbuat dosa bersama mereka setelah teman-teman itu menjadi orang Kristen. Jadi, Petrus mengatakan, "mereka memfitnah kamu" (ay. 4). Sekarang ini, mereka mungkin mengejek Anda, atau menjelek-jelekkan nama Anda.
Mungkin itu tragis, tapi ada sesuatu yang bahkan lebih tragis: Yaitu ketika orang menjadi Kristen, tetapi tidak mengubah hidupnya—ketika ia terus berpartisipasi dengan teman-temannya dalam kehidupan lama penuh dosa! Itu benar-benar tragis!
Petrus lalu mengatakan bahwa orang-orang yang menyiksa orang Kristen tidak akan luput begitu saja; sebaliknya "mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (ay. 5). Dengan kata lain, ia berkata, "Jangan khawatir tentang para penganiayamu; Allah akan membereskan mereka!"
Ayat berikutnya, ayat 6, adalah sulit, karena tidak mudah untuk mengerti bagaimana hal itu cocok dengan konteksnya. Ketika Petrus berkata, "itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati," mungkin ia sedang menjelaskan mengapa adil bagi Allah untuk menghakimi semua orang, baik yang hidup maupun yang mati. Injil diberitakan kepada orang mati seperti yang diberitakan kepada mereka sewaktu mereka masih hidup. Oleh karena itu, meski mereka mungkin "sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani," namun mereka mungkin masih "hidup [dalam roh] menurut kehendak Allah" atau diselamatkan. Jadi mereka tidak bisa berdalih, dan Allah bisa dengan adil menghukum orang jahat. Pokok pikirannya kemudian adalah ini: Injil telah diberitakan karena penghakiman akan datang, agar bisa menjadi jelas bahwa penghakiman Allah adalah adil.
Maka, mengingat Kristus akan membantu kita dalam menerima penderitaan dan—dan ini lebih penting—hidup dengan benar ketika kita menderita.
TETAP SADAR DAN TENANG (1 Petrus 4:7)
Petrus mengatakannya begini: "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa" (4:7).
Apakah yang Petrus maksudkan? Versi lain mengatakan kita harus menjadi "manusia pendoa yang tenang, mengendalikan diri" (Phillips), atau kita harus "menunjukkan kehidupan yang teratur dan sadar, yang dipersembahkan kepada doa" (NEB). Gagasannya adalah bahwa kita harus jangan menghadapi kehidupan dengan sembrono dan kacau; kita harus jangan membuat keputusan dengan seenaknya atau tanpa memikirkan akibatnya. Seorang penyair mengatakan: "Hidup ini nyata, hidup ini sungguh-sungguh, dan kuburan bukanlah tujuannya." Hidup ini bukan piknik yang terus menerus, bukan hanya satu pesta yang panjang. Jika kita harus berhasil menangani masalah, kita harus melakukannya dengan nalar yang tenang dan penilaian yang sadar.
Tapi itu belum semuanya. Kita harus bisa "menguasai diri dan sadar" untuk doa kita. Kebutuhan untuk berpikiran sehat ditentukan oleh kebutuhan untuk berdoa. Mungkin doa—doa yang efektif, sungguh-sungguh—bahkan lebih penting daripada penilaian yang baik dan sadar ketika tiba saatnya untuk menghadapi krisis! Orang-orang Kristen itu harus menghadapi penganiayaan dengan pikiran yang sadar dan dengan doa. Begitu juga kita seharusnya.
SALING MENGASIHI (1 Petrus 4:7-12)
Menurut Petrus dalam 4:7-12, saling mengasihi adalah penting. Faktanya, ini adalah yang paling penting. Ini adalah "yang terutama." Ketika orang-orang Kristen di abad pertama mengalami pelbagai pencobaan, "yang terutama" mereka perlu tetap bersama-sama; mereka perlu saling mengasihi. Mengapa? Sebab, untuk satu hal, kasih tidak bisa direbut dari mereka. Pihak berwenang bisa saja menyita harta mereka, mematikan mata pencaharian mereka, bahkan merampok kehidupan mereka. Tapi mereka tidak bisa menghancurkan ikatan kasih yang mengikat bersama orang -orang Kristen. Selain itu, tanpa saling mengasihi, seorang Kristen bisa saja menyerahkan orang Kristen lainnya ke tangan para penganiaya. Dengan kasih, berapapun jumlah tekanan tidak bisa memaksa seseorang untuk saling mengkhianati. Pelajaran apakah yang tersedia untuk kita? Ketika siapa saja dari kita menghadapi pencobaan, ia akan lebih mungkin untuk "mengatasinya" jika kita benar-benar "saling mengasihi."
Apakah yang akan dilakukan oleh sikap saling mengasihi?
Sikap itu akan menutupi banyak dosa. Itu terjadi, pertama, ketika kita menolak untuk menyimpan dosa orang lain yang ia lakukan; kita adalah penyayang. Kedua, ketika kita menaruh belas kasihan dan memaafkan orang lain, kita diampuni.
Sikap itu akan menyebabkan kita senang menjamu. Senang menjamu pada waktu itu lebih daripada sekedar mengundang seseorang setelah ibadah untuk secangkir kopi. Sikap itu adalah memenuhi kebutuhan mereka yang miskin, atau orang -orang yang sedang bepergian; atau membolehkan gereja untuk berhimpun di rumah seseorang. Kita butuh sikap menjamu atau memberi tumpangan seperti itu saat ini; jika kita saling mengasihi, kita akan memiliki itu. "Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut" (4:9).
Sikap itu akan menyebabkan kita menggunakan karunia kita atas nama satu sama lain. Pertama Petrus 4:10, 11 menunjukkan bahwa setiap orang Kristen memiliki karunia dari Allah; bahwa setiap orang Kristen adalah pelayan pelbagai karunia itu—dan, karena itu, bertanggung jawab kepada Allah atas bagaimana ia menggunakan pelbagai karunia itu; bahwa karunia kita berbeda, sebab berbicara dan melayani disebut secara khusus di sini, tetapi pelbagai karunia yang lain adalah mungkin; bahwa kita harus menggunakan karunia kita dengan sepenuh hati; bahwa kita harus menggunakan karunia kita untuk kemuliaan Allah; yang paling penting, demi tujuan kita, kita harus menggunakan karunia kita untuk "satu sama lain."
Anda telah diberi karunia tertentu dari Allah. Bagaimanakah Anda menggunakan karunia-karunia itu? Hanya untuk menguntungkan diri sendiri? Maka Anda gagal untuk mengerjakan tujuan yang untuknya Allah memberkati Anda dengan pelbagai karunia yang Anda miliki. Mari kita menggunakan karunia kita—apapun bentuknya— untuk kebaikan "satu sama lain."
MEMILIKI SIKAP YANG BENAR TERHADAP PENDERITAAN (1 Petrus 4:12-19)
Di sini Petrus membuat beberapa poin yang patut dicatat tentang penderitaan. Pertama, orang Kristen harus jangan heran ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat juga 2 Timotius 3:12). Kedua, kita harus bersukacita ketika kita menderita karena iman kita. (Lihat 4:13, 14.) Jika kita menderita karena kita adalah orang Kristen, setidaknya itu berarti bahwa agama Kristen kita sedang dilihat. Ketiga, ketika kita menderita karena iman kita, kita tidak boleh malu, tapi kita harus memuliakan Allah. Dianiaya karena Tuhan merupakan hak istimewa, bukan aib. Keempat, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus selalu berbuat baik (4:19). Kelima, ketika kita menderita karena iman kita, kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah (4:18). Pada akhirnya, benar-benar pentingkah apa yang manusia bisa lakukan terhadap kita ketika Allah dapat dan akan menyelamatkan kita selamanya dan akan menegakkan keadilan terhadap para penganiaya kita?
Tapi perlu dibuat jelas bahwa penderitaan yang Petrus bicarakan adalah penderitaan karena iman. Ketika ia berkata, "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen" (4:16), ia sedang mengatakan, "Jika seseorang menderita karena ia adalah seorang Kristen" (Lihat juga 4:19.)
Kita mungkin saja menderita oleh karena berbagai alasan: dosa kita, kesalahan penilaian kita, penyakit, atau kematian orang yang kita cintai. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan yang disebabkan oleh yang mana saja dari pelbagai alasan ini. Ia sedang bicara tentang penderitaan karena kita adalah orang Kristen.
Kadang-kadang kita mungkin berpikir kita sedang menderita karena kita adalah orang Kristen, ketika nyatanya itu hanya karena reaksi buruk kita terhadap orang-orang. Orang-orang mungkin saja mengejek saya, bukan karena saya melakukan apa yang benar, tapi karena saya melakukan apa yang benar dengan cara yang salah. Seiring dengan "kebaikan" saya, bisa saja saya menampilkan sikap yang buruk yang menyebabkan orang lain tidak menyukai saya. Petrus tidak sedang bicara tentang penderitaan kita yang disebabkan oleh masalah kepribadian kita sendiri.
Setiap kali ada sesuatu yang sulit untuk dipahami, seorang wanita berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika hari itu adalah hari yang panas dan ia kepanasan, ia bisa duduk di teras depan, minum sirop dingin, mengipasi dirinya untuk tetap sejuk seraya keringat mengalir dari wajahnya, dan tetap saja berkata, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya." Jika ia menggosongkan roti bakar dan seseorang mengeluh, jika ia kelelahan setelah sudah berjalan-jalan ke kota, atau jika ia kena flu dan harus bersin setiap beberapa menit, ia akan berkata," Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna; itulah diri saya. "
Kita mungkin berpikir seperti itu juga. Ketika kita mengikuti ujian akhir, terkena tilang, kaki tersandung, atau kehilangan syal, kita mungkin berpikir, "Saya hanya seorang martir Kristen tak berguna yang malang; itulah diri saya. "
Tapi itu tidak selalu begitu. Petrus dalam nas ini tidak memuji kita untuk setiap jenis penderitaan apa saja, tidak juga menyarankan kita harus bersukacita terlepas dari alasan bagi penderitaan kita. Kita tidak memenuhi syarat sebagai "martir Kristen"— dengan pelbagai berkat yang tersirat—kapan saja kita menderita.
Lalu, apakah yang Petrus harus katakan kepada kita dalam situasi kita? Sebagian besar dari kita tidak menderita karena iman kita—setidaknya tidak banyak. Apakah di sini terdapat kata apa saja yang akan membantu kita ketika kita menderita karena alasan lain?
Saya percaya di sini kita bisa menggunakan sedikit logika "Betapa lebihnya lagi?" Jika kita harus jangan berbuat salah kepada mereka yang menganiaya kita, betapa lebihnya lagi kita harus menahan diri untuk tidak berbuat salah kepada mereka yang terlibat ketika kita menderita karena pelbagai alasan lain? Jika menderita sebagai orang Kristen seharusnya tidak mengejutkan kita, maka betapa lebihnya lagi seharusnya kita tidak dikejutkan ketika kita menderita dengan cara yang sama seperti manusia lain menderita? Jika kita harus bertindak benar bahkan ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya bertindak benar ketika kita menderita karena "sebab-sebab alamiah"? Jika kita harus mempercayakan jiwa kita kepada Allah ketika kita dianiaya karena iman, betapa lebihnya lagi kita harus percaya kepada Dia ketika kita menderita karena sakit, kecelakaan, atau melakukan kesalahan? Dan khususnya, jika kita harus jangan kehilangan iman kita ketika kita dianiaya, betapa lebihnya lagi kita seharusnya tetap setia kepada Allah ketika kita menghadapi titik-titik kehidupan yang secara relatif memiliki tekanan yang kecil?
Orang-orang Kristen yang Petrus sapa sedang menghadapi "nyala api siksaan" penganiayaan dan kematian yang sangat mungkin terjadi. Mereka harus "menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." Kita mungkin saja menghadapi "nyala api siksaan" juga, tapi "nyala api siksaan" kita sulit untuk dibandingkan dengan nyala api siksaan mereka. Maka, betapa lebihnya lagi, seharusnya kita selalu "menyerahkan jiwa [kita], dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia."
KESIMPULAN
Kesimpulannya, mari kita perhatikan pertanyaan yang Petrus tanyakan ini: "Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?" (4:17, 18). Acuan utama Petrus di sini kemungkinan adalah penganiayaan yang datang, dan bukan penghakiman terakhir ketika orang benar dan orang jahat akan dipisahkan dan diberi upah atau hukuman selamanya. Tetapi pertanyaan yang ia tanyakan adalah cocok juga untuk penghakiman terakhir: "Apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?"
Paulus menjawab pertanyaan itu bagi kita dalam 2 Tesalonika 1:6-9:
Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu … pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya (huruf miring oleh saya).
Bisakah apa saja lebih jelas daripada itu? Kristus akan datang "di dalam api yang bernyala-nyala, … terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya."
Temanku, jika Anda belum mentaati injil—jika Anda belum percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa Anda, mengaku iman Anda, dan dibaptis untuk pengampunan dosa—maka para penulis terilham ini berkata bahwa sekarang Anda sesat, dan akan sesat selamanya kecuali Anda memilih untuk merespon Kristus dengan mentaati injil. Akankah Anda membuat keputusan itu sekarang ini?
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Ra...
Catatan Akhir:
- 1 Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 167.
- 2 Ahli pidato pertengahan abad kedua, Aelius Aristides, mengecam para filsuf sinis di zamannya dan kemudian mengarahkan senjatanya kepada agama yang relatif baru, Kristen. Ia berkata tentang orang-orang Sinis, "Perilaku mereka sangat mirip dengan orang-orang hina di Palestina. Mereka, juga, [yaitu, orang-orang Kristen] memanifestasikan ketiadaan rasa hormat mereka dengan ciri-ciri yang jelas bahwa mereka tidak mengakui orang-orang yang di atas mereka, dan mereka memisahkan diri dari orang-orang Yunani dan segala sesuatu yang baik" (Aelius Aristides Orasi 46.) Aristides, orang yang hampir seangkatan dengan Petrus, menumpuk penganiayaan atas orang-orang Kristen untuk alasan yang rasul itu siratkan: "Mereka pikir itu aneh bahwa Anda tidak terjun bersama mereka ke dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama" (1 Petrus 4:4; NIV.).
- 3 Leon Morris, The Biblical Doctrine of Judgment (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1960), 72.
- 4 John Murray, Principles of Conduct: Aspects of Biblical Ethics (London: Tyndale Press, 1957), 72.
- 5 Lihat komentar tentang 1:13.
- 6 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 176.
- 7 Ini bukan untuk meremehkan dari doktrin yang benar. Doktrin yang benar adalah kebutuhan umat Kristen Galatia. Itu juga kebutuhan orang-orang percaya yang di sama dalam 2 Petrus.
- 8 Kelly mendukung pandangan ini. (Kelly, 178.)
- 9 Ini adalah cara J. Ramsey Michaels memahami nas itu. (J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 [Waco, Tex.: Word Books, 1988], 247.)
- 10 Alan M. Stibbs and Andrew F. Walls, The First Epistle General of Peter, Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 57.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Rope...
Catatan Akhir:
- 1 J. W. Roberts, I and II Peter and Jude, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet, 1964), 49.
- 2 Ibid., 3.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi